100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 27, 27 Me1 2006 )



“pak sodiq!!! jangan di dalam rumah pak bahaya!, pak Haris!! jangan didalam rumah pak bahaya!!”
saya berkendara melewati kompleks dengan berteriak2 mencoba memperingatkan tetanggaku untuk tidak berada dalam rumah. mungkin mereka membatin kenapa dengan anak ini, pagi2 udah triak2 seperti orang gila.
saya mengendarai pespaku dengan kecepatan penuh, saya tidak peduli lagi dengan aturan, beberapa lampu merah nekat saya terobos, dan mendapat makian dari beberapa pengguna jalan. saya tidak menggubrisnya, beruntung belum ada polisi berjaga di pos sepagi itu. saya belum tau kejadian itu akan terjadi kapan, atau jam berapa akan terjadi. tapi saya merasa tidak akan lama lagi..
“Ya Rabb… jangan ada lagi bencana seperti ini” saya bergumam sekaligus berdoa diatas motor.
pikiran saya melayang tentang mimpi dan pertanda itu. banyak rumah roboh, akankah terjadi tsunami seperti di Aceh??
ahhh akankah bencana aceh terulang di daerahku?.. pikiran saya benar2 paranoid.
“semoga tidak…. semoga tidak!!!!” saya berteriak2 diatas motor, orang2 dijalan bahkan menatapku dengan tatapan heran..
.

saya memarkirkan motor di depan gerbang rumah risa. saya memencet bel yang ada di dekat gerbang. tidak ada yang keluar membukakan gerbang.
PakSuroto, kemana beliau.. saya bertanya dalam hati..
saya melihat gembok yang hanya dikaitkan pada besi pengunci.
saya mendorong pintu gerbang itu dan berlari masuk kerumah risa.
saya melihat jam tangan saya menunjukan pukul 05.45 pagi..
degggg…
saya tidak tau kenapa begitu melihat jam rasa berdebar di jantung saya bertambah kencang….
saya menggedor2 pintu rumah risa…
“ya sebentarrrr” suara seorang perempuan..
ternyata itu mbok nem.
“mbok risa dimana?” saya bertanya dengan terburu2.
“itu mas mbak risa kakinya kumat. bengkak. sekarang masih dikamar”
ya mbok matur suwun, sekarang panjengan jangan masuk rumah, diluar dulu nggih”
“lohh ada apa to mas?”
saya tidak menjawab, saya langsung nyelonong masuk rumah risa, berlari menuju kamarnya.
kamar risa berada di lantai bawah dekat dengan jendela di pojok lantai bawah..
saya sudah didepan ambang pintu kamar.
“nduk!!.. buka, ayo keluar!” saya berteriak sambil menggedor2 pintu yang terbuat dari kayu jati itu..
“mas?.. itu kamu??” suara risa menjawab dari dalam.
saya :”iya.. ayo keluar sekarang!!”
risa :”ada apa mas?, bentar aku susah jalan”
Saya :”kamu harus cepet!”
pintu kamar terbuka, saya melihat wajah risa yang seperti kurang tidur dengan mata merahnya.
mungkin semalam kakinya kesakitan.
“mas kenapa?, kok….”
saya tidak menunggu risa menyelesaikan kalimatnya.
saya membopong risa dan buru2 keluar rumah.
“mas apa jangan-jangan?” risa bertanya tanpa menyelesaikan pertanyaanya.
“iya” saya menjawab singkat dengan langkah kaki yang saya percepat.

mbok nem dan pak suroto yang ada diambang pintu tampak kaget dan heran melihat tingkahku.
Pak suroto :”lohh mas, kenapa iki?, kok mbak risa dibopong2 ?”
saya :”pak, mbok. nanti saya jelaskan sekarang ayo keluar”

beberapa detik setelah saya berbicara dengan pak suroto dan mbok nem kejadian yang saya takutkan benar-benar terjadi.
saya merasakan lantai keramik tempat saya berdiri seperti bergetar, disusul dengan bunyi berisik perabot yang berjatuhan.

“pak, mbok ayo sekarang lari!!” saya berteriak dengan panik..
sepersekian detik kemudian saya mendengar banyak sekali suara mulai dari orang2 diluar rumah yang berteriak2
gempa dan “bakuh kukuh-bakuh kukuh”
dalam peristiwa yang sangat cepat itu sekali lagi saya “diperlihatkan”
bayangan ketakutan dan kematian banyak orang…
bulu kuduk saya dibuat merinding oleh penerawangan saya sendiri.
risa yamg sedang kugendong memeluku dengan sangat erat sambil melafalkan Astaghfirulla, dan Allahuakbar.
dalam hati saya sempatkan berdoa agar diberi keselamatan dari bencana ini….

entah seperti waktu saya rasakan melambat..
5 meter di belakang pintu saya melihat mbok nem dan pak suroto sudah ada di halaman rumah..
terbesit rasa syukur beliau berdua sudah selamat..
saya masih didalam rumah bersama risa yang makin erat mencekik punggungku. saya tidak tau pasti jeda berapa detik setelah kami merasakan getar gempa pertamakali..
yang jelas gempa itu terjadi dan makin kuat…
saya sudah berada di teras dan beberapa meter lagi akan terbebas dari kemungkinan kejatuhan langit2 yang saya lihat msudah bergoyang2.
saya memandang kearah rumah tetangga2 risa beberapa orang sudah berhasil keluar dari rumah yang sudah doyong.
beberapa langkah saya sudah hampir keluar dari teras yang harusnya bisa dengan cepat saya lalui dan tiba2…
Prakkkk!!!!!!
sesuau yang keras menjatuhi kepalaku…
saya sedikit blank selama sepersekian detik..
saya berusaha menguatkan diri tidak akan sedetik pun saya biarkan kesadaran saya berkurang…
“masss!!!!” risa berteriak histeris, tapi nampaknya dia tidak terluka sama sekali.
saya memandang sedikit kabur.. mata kiri saya seperti tidak dapat melihat dengan jelas. atau mungkin sama sekali tidak bisa melihat.
saya berusaha menyelamatkandiri dari situasi itu..
dengan beberapa langkah saya meloncat sekuat tenaga agar keluar dari teras.
begggg… kaki saya sedikit sakit karena salah tumpuan…
saya berlari lari menuju tempak pak suroto dan mbok nem yang sekarang sedang berpelukan.
“alhamdulillah” saya bersukur risa tidak apa2. saya menurunkan risa yang kemudian dipapah oleh mbok nem dan pek suroto..
kaki saya lemas sekali…
gempa yang kami rasakan begitu kuat.. ini adalah kali pertama saya merasakan getaran gempa yang sangat terasa..
saya memandang sekeliling…
saya mendengar….
suara minta tolong dari orang2, suara beberapa orang memanggil nama orang lain yang mungkin adalah keluarga mereka,
saya mendengar suara tangis anak2 yang memanggil ibu mereka, saya mendengar orang yang melafalkan “Allahuakbar”
saya melihat..
seorang ibu yang memeluk erat kedua anaknya yang masih kecil, saya melihat seorang bapak menggendong ibu tua yang sudah renta,
saya melihat anak kecil yang menangis histeris, dann saya melihat seorang pria yang menggendong bapak tua berdarah2 dari puing bangunan rumah yang roboh.
saya tertegun melihat pemandangan menakutkan itu..
saya menoleh rumah risa.. saya tidak sadar sejak kapan bangunan megah itu rusak parah. berntung tidak roboh. teras depan ambruk,
paviliun dan gudang disamping rumah sudah amblas rata dengan tanah..
kesadaran saya belum pulih benar, saya masih shock dengan kejadian ini..
dengan bersusah payah saya mencoba mengembalikan kesadaran saya dan menoleh kearah risa, mbok nem dan pak suroto.
tampak risa dan mbok nem menangis karena ketakutan. dan pak suroto yang hanya terdiam..
“sudah berakhir, sekarang gapapa” saya menepuk pundak risa.. risa menoleh kearah saya..
“mas… kepalamu berdarah banyak banget!!”
seperti baru tersadar saya sontak memegang pelipis bagian kiri saya yang terasa sakit sekali. saya meraba kepala saya yang
sudah sangat basah oleh darah yang memancur dari luka seperti sayatan yang cukup dalam..
kelopak mata saya juga sepertinya sobek karena tertimpa pecahan gentang atau apa saya tidak tau.
dari tadi saya tidak merasa sakit. tapi begitu risa bicara rasa ngilu dan perihnya langsung terasa.
“mass, kamu gapapa?” risa tampak khawatir.
saya melihat telapak tangan saya yang saya gunakan memegang kepala, kini sudah berlumuran darah..
“mas!!!.. darahnya banyak banget ini!” risa berteriak didepan wajahku
“mbok nem dan pak suroto juga memeriksa keadaanku.
Pak Suroto :”mas kayane kena pecahan genteng beling mas, dalem banget ini lukanya”
risa dan mbok nem tampak ribut sendiri.. pikiran saya masih belum fokus.
pikiran saya masih dipenuhi hawa tidak enak dan pengelihatan kematian dari banyak orang.
dada saya serasa sesak..
saya melihat tetangga2 risa juga masih ketakutan, dan saling berteriak menanyakan keadaan kami..
kami semua tentunya masih merasa risau jika terjadi gempa susulan, atau yang paling buruk adalah akan adanya tsunami.
tempat tinggal risa memang sangat jauh dari bibir pantai, tapi jika benar2 tsunami terjadi seperti di aceh maka kami
harus waspada..
saya berusaha fokus kembali.. mencoba berpikir di situasi saat ini.
saya :”aku gapapa, cuma kegores” kata saya sambil menahan perih, saya yang basah dan kotor oleh keringat, dengan tujuan menekan luka agar darahnya berhenti.
risa :”jangan pake itu mas!, kotor kan, malah infeksi nanti” risa mengingatkanku sambil menyobek lengan baju tidurnya .
risa mengelap darah yang membasahi pipi dan wajahku.
risa kemudian menyobek kain lengan baju sebelahnya dan dia gunakan untuk menekan kuat2 pendarahan yang ada dikepalaku.
risa :”mas tahan dulu ya”
saya hanya mengangguk sambil menahan sakit, risa dengan masih terduduk kembali merobek kain bajunya kali ini bagian bawah baju piama panjangnya,
yang ia gunakan utuk membalut kepalaku.
saya masih merasa perih, tapi setidaknya mungkin darah sudah idak keluar sebanyak tadi..
risa menatapku dengan tatapan khawatir…
saya :”jangan khawatir. bawa hp gak?, cba telfon ayahmu. semoga beliau tidak apapa”
risa menggeleng… saya pun hanya terdiam karena tadi saya tidak sempat memegang hp.
kami hanya bisa berdoa..
semoga hal buruk tidak terjadi lagi…
semoga….
.
suara kendaaraan bermotor benar2 bising, orang2 dijalan sangat terburu2 ingin kembali ke keluarganya,
bunyi berdenging dari sirine juga benar2 Cumiakan telinga..
semua orang panik, ada 2 prediksi tentang kejadian ini. pertama adalah gunung merapi meletus dengan sangat dahsyat,
terlihat diarah utara awan memang mengepul besar, saat itu merapi juga sedang aktif..
prediksi yang kedua adalah tsunami seperti di aceh..
selama 2 tahun seluruh masyarakat indonesia trauma dengan bencana alam, mulai dari tsunami, gunung meletus,
gempa dll.. semenjak 2004 memang banyak kejadian alam yang membuat bencana di tanah air…
isu2 tersebar, berita yang simpang siur juga dengan cepat sampai ditelinga saya..
“iki tsunami mas!, airnya sudah sampai Bantul!”
seorang bapak yang mengendarai motor dengan berbonceng 5 beserta istri dan 3 orang anaknya berbicara kepada
tetangga risa…
“mas… aku takut” risa menaruh wajahnya dilenganku.
terasa benar hawa ketakutan menyelimutinya..
bagaimana dengan saya??
sama.. saya bahkan lebih ketakutan..
tapi saya mencoba menguatkan hati, berfikir jernih.. itulah yang sedang saya usahakan.
saya :”sama aku juga, tapi tenang dulu ya nduk, jangan gampang percaya isu”
risa :”iya mas..”risa memeluk lenganku kuat2..
saya kembali merenung..
dengan kepala yang sakit saya berusaha meningkatkan fokus saya.
komunikasi terputus, sinyal hp down di semua operator, saya sudah mencoba meminjam kepada tetangga sekitar tapi percuma.
begitu juga dengan aliran listrik yang mati total..
pengguna jalan juga harus berhati2 karena sepertinya tanah ikut tergeser yang membuat aspal rusak.
hahhhh… saya menghela nafas..
gimana dengan keadaan om hamzah??
“nduk.. nama kakek dari ayahmu siapa?” saya bertanya kepada risa..
risa :”mbah Ahmad Syarif, kenapa mas?”
saya tidak menjawab..
saya menundukan kepala mencoba dengan sengaja ilmu penerawangan saya yang tidak pernah saya pakai selama 2 tahun..
saya meminta pertolongan Allah untuk “ditunjukan” keadaan “Hamzah Syarif Atmojo Bin Ahmad Syarif”
itu dia beliau….
“alhamdulillah…” beliau tidak apa2 bahkan sama sekali tidak terluka.. beliau seperti sedang memberi instruksi kepada
petugas polisi lainya..
“mas… hidungmu berdarah!” suara risa membuat konsentrasiku buyar..
saya membuka mata untuk mengakhiri penerawangan saya..
saya :”gapapa.. ayahmu gapapa kok”
risa :”mas?? kamu?”
saya hanya mengangguk sambil menyeka hidungku..


apa yang bisa dilakukan manusia menghadapi hal semacam ini?
pertanyaan itu terbesit diotaku..
sungguh manusia itu sangat rapuh.
dengan hanya sedikit getaran di bumi dapat memporakporandakan satu sistem tatanan kehidupan manusia..
mungkin kita terlalu sombong dan jumawa.
kini ketika alam dan Tuhan sudah menunjukan kekuatanya, apa lagi yang bisa kita lakukan selain pasrah??
bahkan saya yang sudah mengetahui kejadian ini sehari sebelumnya pun tidak bisa berbuat banyak.
saya yakin bukan saya sendiri yang mempunyai kelebihan seperti ini. bagaimana dengan orang lain
yang sepertiku?, saya yakin mereka berusaha juga sama sepertiku,
tapi jika kejadian seperti ini menimpa mereka, saya yakin pilihan mereka sama denganku.
ya.. “pasrah” …
Gempa jogja terjadi pada tangga tanggal 27 mei 2006, kejadian itu terjadi sekitar pukul 05.55 WIB.
membuat sekitar 7000 jiwa tewas, 35.000 orang terluka..
ribuan orang harus kehilangan rumah mereka, yang lebih tidak beruntung mereka juga kehilangan nyawa..
kejadian yang hanya berlangsung selama 57 detik itu membuat negara ini merugi senilai ratusan milyar..
membuat 3 juta orang jogja putus asa.
dan membuat 230 juta masyarakat indonesia berduka…
biasanya saya akan marah kepada tuhan,ketika kejadia seperti ini terjadi, tapi tidak kali ini…
saya merasa kita pantas mendapat ini….
..
..
..
semua orang sedang berduka, termasuk saya.
banyak diantaranya yang berputus asa, mungkin saya juga termasuk diantaranya.
tapi……..
beberapa jam setelah bencana itu.. saya melihat sisi lain..
jogja memang layak disebut istimewa..
terutama masyarakatnya, saya melihat air mata mereka memang belum kering,
senyum juga belum kembali mengembang, kesedihan juga masih mereka tanggung..
tapi saya melihat “keikhlasan” di wajah mereka..
manusia memang selalu diberikan masalaah, tak peduli sebaik apapun atau secepat apapun memperbaiki satu masalah,
dan tidak peduli sekuat apapun dan se sigap apapun mencegah masalah itu agar tidak terjadi, masalah akan selalu datang …
tampaknya masyarakat jogja paham dengan teori itu dan memilih ikhlas…
ikhlas menerima masalah itu, iklas memperbaikinya, dan iklas bersiap jika masalah itu terjadi lagi…
saya yakin sebentar lagi duka2 yang menyeliputi jogja akan segera hilang, dan akan tumbuh harapan-harapan baru…


Sumber Kaskus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Terbaik
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Follow Me
Profil Fafa Media di Instagram
Profil Fafa Media di Instagram