100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 13 Ayah )




Malam itu apa lagi yang bisa saya lakukan, saya hanya bisa menangis.. saya ditenangkan kerabat2ku untuk tetap sabar, bahkan om dan tanteku menawarkan untuk tinggal bersama mereka, karena sekarang saya memang seorang anak yatim piatu.. saya tidak memberi jawaban pikiranku belum sampai untuk memikirkan masa depanku akan seperti apa saat ditinggal bapak, saya bingung, yang berputar2 di kepalaku hanyalah kesedihan.. saya masuk kamar,membanting pintu, dan menguncinya.
saya masih marah, saya masih sedih, saya masihh… ahhhhhhggghh..



Banyak hal yang kufikirkan, tapi yg berputar dikepalaku hanyalah keluhan, Kenapa hal buruk selalu, dan terus saja menimpaku?, saya masih terlalu kecil saat di tinggal ibuk dulu, sekarang saya belum cukup dewasa untuk di tinggal bapak, apakah dosa saya terlalu besar ya rabb? sehingga engkau menimpakan ini semua padaku, fikirku seperti itu…
rasa sedih itu semakin mengggunung di pikiran dan hatiku, jantung saya masih berdebar2, dan terasa sesak, saya melihat telapak tangan saya mengeluarkan asap tipis berwarna kehitaman pertanda emosi dan aura saya tdak stabil… saya berdiri di depan cermin.. saya berkaca melihat dan melihat seorang pemuda yang menyedihkann… itulah saya rambut saya acak2an, dengan wajah amburadul, kantuung mataku bahkan punya kantung mata, saya sudah tidak ingat kapan saya terakhir mandi….
saya menarik nafas, dan membaca istighfar berkali2… saya masih mondar mandir di kamar.. ahhh aku harus mandi, dan shalat sunah ..
saya menyaut handuk, dan masuk kamar mandi yang berada dalam kamar tidurku.. saya nyalakaan shower dengan air panasnya…
saya mandi dengan pikiran yang masih tidak karuan membayangkan bapak, satu2nya keluargaku yang sekarang juga harus pergi meninggalkanku selamanya…
pertama ibuk, kemudian bapak, kedua orang yang paling kusayang direnggut dariku dengan cara yang mengenaskan… mereka harus meninggal dalam sebuah tragedi… ya rabb. apakah manusia tidak bisa memilih bagaimana dia akan mati?, bukankah lebih baik jika mati dalam keadaan tua,bapak dan ibu pasti akan memilih meninggal dengan berbaring di kasur yang nyaman pada hari ajal menjemput dengan di kelilingi orang terkasihnya? kenapa ya rabb, ngkau mengambil kedua orangtuaku dengan paksa?, ibuk dan bapak meninggal dalam sebuah kecelakaan dan bencana, mereka pasti harus merasakan sakit hingga ajal menjemputnya kan?
saya mengusap wajah, air mataku terhapus dengan guyuran air hangat yg mengalir dari shower… dan kenapa ya rabb engkau tidak menjemputku sekalian?, dan malah membiarkanku hidup dalam kesendirian dan kesepian?.
saya keluar dari kamar mandi, mengganti baju dan shalat.. saya duduk di depan meja untuk melamun, saya menghiraukan ketukan pintu dari om dan tanteku, saya hanya berteriak untuk jangan diganggu dulu, tanpa membuka pintu.. saat sedang melamun ada sintuhan tangan dipundaku, dia menggenggam pundaku, saya tau ini bukan tangan manusia, berani betul ada yang mengganguku… saya berniat menangkapnya dan membakar makhluk itu. saya berbalik dan blarrrrr! ……..
saya malah tersungkur kebelakang menghantam meja karena kaget apa yang ada didepanku, saya baru saja mau menghajar makhluk itu ternyata..
“Zal, ada apa?, kok ada suara keras?, kamu gapapa to le?” kata omku dari luar kamar.. “ehhh.. gapapa om, tadi aku jatoh, udah gapapa”. dan sepertinya om bowo sudah berlalu,,
Saya :”sari!, kamu buat aku kaget. kamu kok bisa sampe sini?” kataku yang masih terkejut sari bisa sampai sini…
Sari : “bukannkah aku berjanji untuk selalu menjagamu? rizal maaf tapi memang takdirmu melalui ini semua”
Saya :”………….”
Sari :”semua yang hidup akan mati,kamu tentunya sudah paham dengan itu”
saya :”lalu kenapa kamu masih disini?, bukan kah kamu sudah lama mati?”
Sari hanya tersenyum,..
Sari :”yahh… semua tidak berjalan mulus saat aku mati zal, masih ada rasa penasaran saat aku mati, hingga aku menolak bergabung dengan setengah dari diriku yang sudah di alam kubur, suatu saat juga aku kan kembali ke alamku, ke alam dimana aku sepantasnya hidup”
Saya : “bisakah bapak dan ibuku menjadi sepertimu?, ya setengah bagian dari jiwa mereka tetap di alam ini?, tidak kah mereka meninggal dengan penasaran?, mereka harusnya penasaran melihat anaknya hidup sendiri!, kenapa ini gak adil!!!, aku lebih suka mereka menjadi sepertimu dan menemani aku sampai aku juga menyusul mereka!”
sari tersenyum kembali, dia mendekat dan memegang kedua pundaku,,
Sari :” mereka meninggal dengan damai dan ikhlas, kenapa? karena mereka percaya padamu… saat seseorang mati, waktu akan berhenti cukup lama zal, mereka masih bisa berfikir dan melihatmu ketika bapak ibumu melihatmu, mereka yakin bahwa kamu dapat terus hidup dan tumbuh dewasa tanpa mereka disampingmu” . Sari berbicara dengan suara yang sangat menenangkan, dia seperti menghela nafas, yang harusnya tidak perlu karena dia sudah tidak butuh bernafas lagi, mungkin sekedar menunjukan ekspresinya…
Sari : “dan jika mereka masih menemanimu disini, artinya mereka belum tenang, setengah dari jiwa mereka masih menginginkan keduniawian, apakah kamu mau orang tuamu harus menanggung sakit ketika mereka disampingmu tapi pada akhirnya harus menunda nikmat kubur yang harusnya sudah dirasakan mereka?, mereka harus menghadapi kenyataan keduniawian yg fana. sepertiku saat ini, apakah kamu tega?”
Saya :”…………………. ” saya hanya terdiam, perasaan saya emosi, bukan emosi karena perkataan dari sari yang menyakitkanku, tapi karena perkataan sari benar, saya masih belum bisa menerima realita ini,,
Sari :”pikirkan itu baik2 rizal, mereka pergi ketempat seharusnya, kamu boleh bersedih.. tapi jangan berlebihan, kedua orangtuamu masih bisa melihatmu disana. mereka pergi bukan karena mereka tidak sayang kepadamu, mereka masih, dan terus menyayangimu dengan cara lain”
Saya meneteskan air mata lagi, entah jika semua air mata kukumpulkan sejak aku kecil, mungkin sudah cukup untuk mengisi satu bak air penuh…
Sari : “hiduplah dengan baik, jadilah orang yang bermanfaat, kepedihanmu akan membawamu menjadi manusia yang derajatnya tinggi dimata sesama manusia dan Tuhan”
saya :”iyaa… iya sari aku ngerti” kataku sambil terisak..
Saya : “bisakah kamu menunjukan saat terakhir bapak?, sama seperti saat kamu menunjukan bagaimana ibuk meninggal?, aku kan menguatkan hatiku”
Sari : “apakah kamu yakin?”
saya hanya mengangguk..
Sari :”aku tidak cukup kuat untuk memperlihatkan secara utuh kejadian itu”
Saya : “tunjukan apa yang kamu bisa sari”
sari menempelkan tanganya ke keningku, saya memejamkan mata perlahan..
dan saya sudah berada pada kejadian di aceh, melihat air bah yang menerjang sebuah kota, mobil, pohon, puing bangunan, dan manusia, ada orang tua, ada anak2, ada anak seumuranku banyak sekali… saya merasakan hawa kematian, hahhhhhhh terlalu berat, aura ini… hawa ini… saya merasakan ada yg menetes melewati bibirku, saya mimisan… saya merasa akan terpental, saya coba sekuat tenaga bertahan… saya belum menemukan sosok bapak, dimana beliau? saya memicingkan mata di tengah air laut yang menyeret ribuan orang itu… mata saya tertuju dengan seseorang diatas atap bangunan masjid.. itu bapakk ya itu bapak.. bapak masih selamat, tampak sehattt, beliau bahkan tidak terlihat terluka sama sekali, tapi kenapa bapak dinyatakan meninggal,? lalu ada seseorang mengambang, seorang anak kecil, dia tersangkut disebuah dahan pohon, bapak dan bapak berusaha meraih anak itu,, ah tidak sampai, bapak memegang tali karmentel dan tali2 itu diikatkan kebadanya, ujung tali lainya di pegangi beberapa warga yang juga diatas atap… bapak menceburkan diri, berusaha meraih anak itu, ya bapak memeluk erat anak kecil itu, orang2 diatas atap berusaha menarik mereka.. saya berteriak, ada setitik harapan kalau bapak sebenarnya selamat… tapi harapan itu sirna… ya ada sebuah mobil yang hanyut, dan menabrak bapak beserta anak yg digendongnya, saya menjeriitttt… tapi tidak ada suara keluar dari mulutku, tali itu terlepas dari pegangan orang2 diatas atap, bapak hanyuttt bersama seorang anak kecil yang digendongnya.. dan bapak tidak nampak di permukaan.. saya membisu pandangan saya kaburrr.. tubuh saya seperti tersedot angin yang kuat, dan begitu membuka mata saya sudah berada dikamar dengan hidung yang berdarah2.
Sari : “bahkan bapakmu memilih resiko menyelamatkan seseorang, dan tampaknya Tuhan berkata lain rizal”
Saya : “kenapa bapak harus menyelamatkan anak itu!, kenapa menyelamatkan orang yang kemungkinan besar tidak bisa diselamatkan!, kenapa bapak menyelamatkan anak itu bahkan pasti bapak tidak kenal anak itu!, kenapa bapak memilih menyelamatkan anak itu dan harus ikut mati!, kenapa sari !!!!, harusnya bapak memilih hidup, dan menyelamatkanku dari kesepian” ujarku sambil menangis …. bbbuggggg, perutku seperti dipukul, plakkkk pipiku seperti ditampar sesuatu yang tak bisa kulihat..
sari : “kenapa kamu jadi gila?, banyak orang tua kehilangan anaknya yang mati, banyak juga anak yang kehilangan orang tuanya disana, tapi mereka tidak menjadi gila sepertimu!, lihat wajah mereka, mereka juga ketakutan sama sepertimu, nyawa mereka juga bahkan sedangg terancam disana.. iklas lah rizal, ikhlas…..
saya terdiam, saya berfikir akan melakukan hal sama jika menjadi bapak, sari benar, semua yang diomongkan sari benar… saya tidak boleh gila…
Saya : “sari… aku ngerti, maaf…. dan terimakasih kamu disini”
Sari :”aku akan selalu berada didekatmu saat dibutuhkan, kamu butuh tidur untuk tetap hidup..”
sari mengusapkan tanganya kewajahku… dan entah kenapa saya tertidur, seperti pingsan tepatnya karena tiba2 semua menjadi gelap……


Sumber Kaskus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Terbaik
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Follow Me
Profil Fafa Media di Instagram
Profil Fafa Media di Instagram

Artikel Terbaru