Para fans Fabio Qurtararo harus kecewa saat raider MotoGP dari Monster Energy Yamaha tersebut harus gagal finish di seri Silverstone, Inggris, lantaran kuda besi yang ditungganginya mengalami masalah pada mesinnya. Dan kesedihan para fans semakin terasa ketika tangisan pembalap Prancis itu pecah di pinggir sirkuit. Bahkan kesedihannya mengalahkan fans Milan yang meratapi klub kesayangannya yang hanya memperoleh piala Konami Cup di tahun ini. ha ha.

Kesedihan ini ternyata bukan hanya dialami oleh fans Om Quartararo dan fans Milan saja, tetapi kesedihan ini juga menghampiri saya, tapi rasa sedihnya bukan karena habis nonton film Jumbo atau denger Klub Manchester United (MU) yang juga nol gelar alias tanpa mengangkat piala satupun di tahun ini. Tetapi karena sebentar lagi akan kehilangan anak-anak kelas 12 yang akan segera mengakhiri canda tawanya di MA Raudlotul Ulum.
Bukan karena tidak tersampaikannya semua materi pelajaran kepada mereka, tetapi ada kekhawatiran apakah mereka benar-benar sudah siap dengan fase paska berstatus alumni nanti. Apakah mental mereka sudah siap dengan tantangan baru nanti? dan Apakah mereka juga sudah siap dengan situasi yang akan mereka hadapi nanti?. Sebab, tak ada alasan lupa seperti alasan yang sering mereka lontarkan waktu tidak mengerjakan PR sekolah. Tidur-tiduran di kelas, berangkat sekolah hanya sampai gerbang, atau kabur saat bosen di sekolah, sudah nggak bisa lagi mereka lakukan, sebab fase kehidupannya sudah berbeda. “Jangan salahkan faham ku kini tertuju oh, Siapa yang tau, Siapa yang mau…. “, kira-kira seperti itu keadaan yang akan mereka hadapi nanti. Tak ada yang tau.
Apapun pilihan kalian, saya doakan yang terbaik. Mau kuliah kah, kuli kah alias kerja, atau mau lanjut nikah? semuanya sama-sama memerlukan mental yang kuat, nggak cengeng kayak Nobita yang selalu merengek sama si Doraemon, dan nggak banyak bohong kayak si “Penerima PKH gadungan”. Tetapi kalian harus bener-bener siap menerima apapun kondisi yang akan kalian hadapi nanti, harus seperti TNI/Polri yang siap ditugaskan di seluruh NKRI, atau guru yang baru diangkat CPNS yang siap ditempatkan di pedalaman, atau kayak Jack Maa yang berangkat dari seorang kuli sebelum akhirnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Sejauh kalian pergi, jangan lupa pulang yah. Sesekali longok (Bahasa Sunda : Melihat dan Silaturahmi) sekolah kalian, kita ngopi atau ngeteh bareng. Jangan kayak saya yah yang belum latihan-latihan Timnas hanya gara-gara masih nunggu Garuda Calling dari Patrick Kluivert.