Idelando-Seminggu yang lalu (Rabu, 21 Juni 2023 malam) saya melihat story WA sahabat saya berupa video memegang botol kemasan minuman dengan caption “Keliling cari tempat sampah”. Dia sedang mengunjungi pameran di Lapangan Motang Rua. Lalu, saya membalas story itu dengan pesan “Semoga tidak putus asa”. Kabar baik, teman saya membalas “dibawa pulang tadi guys, tidak ada satu pun tempat sampah”. Zaman sekarang orang-orang makin tidak sabaran. Segala hal ingin yang cepat-cepat. Melakukan hal baik seperti membaca saja tidak sabaran. Apalagi memegang bekas bingkisan sempol penuh saos yang sedikit mengganggu kepercayaan diri ketika jalan. It’s a dirty look. Oleh karena itu, butuh petunjuk-petunjuk yang mudah ditemukan demi membangun kebiasaan menjaga kebersihan.
Persoalan sampah di Kota Ruteng bukan hal baru. Ada banyak upaya untuk mengatasi persoalan sampah di kota Ruteng, baik dalam wujud aksi nyata maupun melalui tulisan di media online dan media sosial. Berita yang masih cukup hangat adalah JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) Keuskupan Ruteng melakukan bakti sosial dengan memungut sampah di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai (sumber: ekorantt.com) dengan dua misi, yaitu mengingatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai untuk menemukan tata kelola sampah yang efektif; membangun kesadaran masyarakat agar peduli sampah dan kebersihan lingkungan. Ini adalah cara yang dilakukan sejak lama yang sering dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan komunitas-komunitas peduli lingkungan di Kota Ruteng. Ada dua kata kunci dalam upaya itu, yaitu mengingatkan dan menyadarkan. Ini adalah dua sikap (ingat dan sadar) yang dituntut ada dalam diri manusia, tetapi memerlukan petunjuk-petunjuk.
Baca juga: Belajar Menjadi Ayah
James Clear bilang dalam buku Atomic Habits, untuk membangun kebiasaan baik perlu petunjuk-petunjuk. Jika menginginkan warga Kota Ruteng yang tidak membuang sampah di sembarang tempat, mestinya tempat sampah harus ada di mana-mana. Anda sadar bahwa sekarang Anda harus sembayang keluarga karena jam dinding sudah menunjukkan pukul 19.00. Sahabat saya Isa memutuskan membawa pulang sampah miliknya karena dia ingat di rumah ada tempat sampah. Jadi, tempat sampah adalah salah satu petunjuk agar warga Ruteng memilik kebiasaan bersih.
Namun, ketiadaan tempat sampah di ruang publik dan dan di berbagai sudut Kota Ruteng membuat Kota Ruteng sangat kotor. Sampah-sampah berserakan bisa kita lihat di area jalan di pusat kota, sepanjang trotoar, area jalan di depan perkantoran, area jalan di depan lembaga-lembaga pendidikan, area jalan tempat pelaku-pelaku usaha berada. Lihat salah satu kenyataannya ketika Anda olahraga pagi di sepanjang jalan A. Yani Kota Ruteng.
Baca juga: Hal Unik dari Kaum Hawa Ketika Bepergian
Selain itu, ruang publik lainnya seperti halte, taman kota, lapangan Motang Rua juga terlihat sangat kotor. Salah satu contoh adalah Lapangan Motang Rua (LMR). Kini, LMR menjadi tempat nongkrong bagi sebagian orang waktu sore hari. Sayangnya, ketiadaan tempat sampah, area tribun LMR penuh dengan plastik bekas bingkisan jajan dan puntung rokok. Sangat disayangkan tempat-tempat rekreasi yang berada di pusat kota seperti LMR jika keindahannya tidak dijaga. Ini adalah tempat-tempat yang menjadi ikon bagi kota yang kita sebut Ruteng.
Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, pemerintah harus menyediakan tempat sampah di mana-mana, di setiap sudut kota Ruteng, khususnya di area sepanjang trotoar atau area yang paling banyak diakses publik. Kedua, para pelaku usaha mikro maupun makro perlu memprioritaskan penyediaan tempat sampah. Ketiga, tempat sampah saja tidak cukup, poster-poster seperti “buanglah sampah pada tempatnya” harus ada di mana tempat sampah berada sebagai pengingat. Dengan demikian, menjadikan perilaku tidak membuang sampah di sebarang tempat sebagai kebiasaan memang butuh proses, tetapi setidaknya ada usaha. Minimal diberikan petunjuk-petunjuk.
Catatan kecil setelah dua hari olahraga pagi (25 dan 26 Juni) dan melihat Kota Ruteng sangat kotor.
Penulis: Opin Sanjaya