image |
Genap 84 hari lelaki tua yang selalu memancing di perairan arus teluk, dan selalu gagal menangkap ikan. Pada empat puluh hari pertama dia ditemani seorang anak laki-laki. Karena tak kunjung membawakan hasil akhirnya anak lelaki itu di arahkan oleh ayahnya untuk bergabung dengan kelompok pemancing yang lain. Dia selalu sedih melihat lelaki tua itu pulang tanpa membawa hasil apapun.
Setelah makan malam mereka bercerita tentang bisbol, kemudian tidur. Dan kembali terbangun saat matahari belum terbit. Mereka menyiapkan perlengkapan memancing. Hanya ada segelintir nelayan yang bersiap memancing di bulan September. Anak lelaki mengantar sampai perahu. Dan lelaki tua siap berangkat.
Dari subuh hingga matahari terbit, akhirnya ada ikan yang muncul. Tapi sayangnya itu hanya ikan lumba-lumba. Dia tetap semangat dan tidak menyerah, dan yakin pasti akan mendapatkan ikan besar. Saat matahari berada di atas kepala lelaki tua memperhatikan ke dalam laut. Plankton mengerumuni sekitar kailnya, pertanda ada banyak ikan. Namun lagi-lagi tertipu, itu adalah kawanan aqua mala, semacam ubur-ubur.
Satu-satunya konflik dalam cerita ini adalah kegagalan berulang setiap ingin menangkap ikan yang di incarnya, atau saat yakin dengan apa yang dilihatnya dan dipikirkan ternyata tidak sejalan. Hingga bagaimanapun caranya lelaki tua kembali membangun harapan dan semangatnya.
Baca: Review Novel Itanbul With Love
Dalam kisah menekankan bagaimana memperjuangkan sesuatu tanpa pernah menyerah. Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, termasuk pengorbanan fisik. Penulis benar-benar mendetailakn bagaimana kemungkinan-kemungkinan surutnya semangat lelaki tua saat gagal. Akhirnya dia berhasil mendapatkan ikan besar diincarnya. Kenyataan yang harus dilalui ikan hasil tangkapannya malah menjadi incaran ikan lainnya. Hingga tiba di daratan, tak ada lagi yang tersisa. Lelaki tua pulang ke rumah dengan tangan kosong.
Semua berakhir? Tidak. Tepat di ending, penulis menyiratkan pesan, dalam setiap titik akhir perjuangan seseorang tidak ada namanya kegagalan walau tidak berjalan sesuai harapan. Anak lelaki segera berlari ke rumah lelaki tua dengan menangis. Sangat bahagia. Memang sudah tidak ada lagi daging ikan yang tersisa dari hasil tangkapan lelaki tua, semuanya dilahap ikan-ikan di laut walau dia sudah berusaha menghalaunya. Yang tersisa hanya tulang dan kepala ikan. Salah satu masyarakat yang berkumpul mengukurnya. Itu adalah ikan terbesar yang berhasil ditangkap. Lelaki tua berhasil menujukkan dia berhasil menangkap ikan besar.
Daripada mengatakan ini novel saya merasa lebih cocok ini sebuah cerpen. Dalam artian bukanlah jumlah halaman dari cerita melainkan bagaimana alur kisah ini berjalan. Cukup singkat, dan konflik yang sederhana. Tokoh-tokohnya pun sedikit. Judul asli dari novel ini adalah The Old Man and The Sea
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga mengispirasi. Baca juga Review Novel The Girl On The Train