Prilly Latuconsina: 5 DETIK DAN RASA RINDU

Data buku kumpulan puisi
Judul : 5 Detik dan Rasa Rindu
Penulis : Prilly Latuconsina
Penerbit : The PanasDalam Publising, Bandung.
Cetakan : IV, Juni 2017 (Cet. I: Feb 2017, III: Maret 2017)
Tebal : 156 halaman (111 puisi, 45 puisi berjudul, 66 puisi bertanda #)
ISBN : 978-602-61007-0-2
Penyunting : Fuad Jauharudin
Ilustrasi sampul : Nafan
Desain : Pidi Baiq
Desain isi : Deni Sopian
5 Detik dan Rasa Rinduterdiri dari 3 bagian, yaitu Muasal Rindu (7 puisi), Lorong Kenangan(37 puisi) dan Noktah (1 puisi).
Catatan: ada banyak puisi tanpa judul, hanya diberi tanda pagar (#), jumlah totalnya (kalo gak salah itung) ada 66 buah, terbagi atas Muasal Rindu (18 buah), Lorong Kenangan (28 buah) dan Noktah(20 buah). Sehingga kalau ditotal dengan puisi berjudul maka ada sekitar 111 puisi.
Sepilihan puisi Prilly Latuconsina dalam 5 Detik dan Rasa Rindu
#
Aku tidak mencintaimu selamanya
Karena selamanya adalah waktu yang lama
Dan waktu bisa mengubah hal yang kadang tidak mau kuubah
Lebih baik aku mencintaimu sepanjang hari
Dan itu berlaku untuk besok, lusa dan seterusnya
#
Beruntunglah kamu
jika dicintai oleh orang yang suka menulis sepertiku
Karena kemanapun kamu pergi,
namamu, dan semua tentangmu akan abadi
dalam sajakku.

Dongeng Kesukaan
Kepergianmu membuatku bersyukur
karena tidak lagi hidup di dunia dongeng, tidak lagi
bahagia akan harapan-harapan semu
yang tak kunjung menjadi nyata
Tapi ironisnya, aku lebih suka hidup di dunia dongeng.
Kepergianmu membangunkanku dari mimpi.
Mengakhiri kisah masih dalam negeri dongeng
harapan-harapan yang muskil terjadi
Ah,
ternyata aku masih betah di sana
Dongeng yang indah.
Selalu kamu
Aku iri dengan laut yang tidak bergantung pada angin,
hampa udara pun tetap indah dengan biru yang membias.
Di sini aku hanya bisa menatap rintik hujan, membalutku
dingin membuat jantungku makin mengigil, akhirnya
seketika ku sampai pada titik rindu,
yang enggan absen di kepalaku.
Kamu.
Tuntutan
Cinta ini menuntut untuk tetap dekat tapi jarak tidak setuju.
Rindu ini menuntut untuk tersampaikan tapi waktu menolaknya.
Kalau begitu aku berdoa saja,
karena tuhan tidak akan menolak doa bukan?
Cinta tak Berbatas
Seketika cinta tak lagi memiliki garis tepi, hilang batas perangkap
rindu yang kesunyian dan malam tak lebih dari ruang sepi yang diisi
jejak sang waktu yang berjarak. Sekali lagi, aku sepi sempurna.
#
Aku itu seperti hujan ya?
Walau sejuk tetap saja kamu berteduh
#
Sakit yang terdalam adalah yang tak terlihat oleh mata
Kesedihan yang terdalam adalah yang tak terucap oleh kata
Dalam Diam Mencintai
Mencintai dalam diam sudah menjadi kebiasaanku …
di sinilah aku, menikmati jingga sang senja sambil mencium aroma
harum sang rindu, mengawasi dalam jarak dan mendoakanmu
dalam sepi. Untukmu si indah.
#
Jangan kembali
hari ini maupun esok,
aku akan menolak walau hati menangis
menahan rindu.
Kembalilah saat kamu sadar
aku adalah tempatmu pulang
bukan sekadar singgah.
Rindu Berulah
Rindu itu menjelma jadi angin yang terarah,
menyelinap masuk ke ruang hatiku yang masih saja kemarau,
beribu kata cinta pun tak ada artinya,
jika tak bisa menyatukan detakmu ke detakku.
Dan di sinilah aku,
diam bersama sepi
terkoyak penantian.
5 Detik ke Lorong Kenangan
5 detik tak sengaja menatap mata itu lagi.
Menarikku pada lorong waktu, masa lalu.
Saat pertama retina kita saling bertemu.
Tidak menyalahkan kamu sama sekali,
aku benci akan diriku,
keadaan dan rasa rindu yang terus hidup.
#
Rindu menebarkan rasa
sepasang ingatan yang tak ingin hilang,
menjelma genang air mata.
#
Aku lelah merindukanmu
Tak sedikit walau hanya sedetik
Kamu seperti pekerja keras di otakku
dan tak kenal kata libur.
Merindukanmu adalah candu
Dan, aku sudah ketergantungan.
#
Jika nanti cinta dan rindu tak terdengar
di telingamu lagi, percayalah doaku akan setia
memeluk jiwamu hingga malam
yang menyendiri.
Posesif
Seharusnya cintamu belajar pada kesederhanaan gerimis yang ritmis:
Tenang dan menyejukkan.
Tak memberiku rasa takut.
Tak mengharuskanku menjawab beribu rasa curiga.
Aku memilih Mengenangmu
Aku memilih mencintaimu dalam diam
karena di sana aku tidak menerima penolakan.
Aku memilih menyayangimu dalam kesendirian
karena kesendirian tidak mengharuskanku berjuang berulang kali.
Aku memilih angin yang menyampaikan rinduku
agar kamu bisa merasakan desaunya setiap hari.
Aku memilih menggenggammu di dalam mimpi
karena di mimpi tidak ada kata akhir.
Noktah
Teruntai noktah-noktah abadi.
Merajut garis dunia terbalut panorama
Di ufuk sana, terbalut pelangi-pelangi,
nuansa-nuansa diretaskan
menggores memori indah.
#
Terlalu menjaga perasaan orang lain
sampai aku lupa tak ada yang menjaga perasaanku,
terlalu tidak ingin menyakiti
sampai aku tak sadar selama ini aku bahagia
di atas kepura-puraan.
Kadang hidup selucu itu.
Tentang Prilly Latuconsina
Prilly Latuconsina lahir di Tangerang, Provinsi Banten, pada 15 Oktober 1996. Aktris, presenter, penyanyi. Album solonya berjudul Sahabat Hidup. 5 Detik dan Rasa Rindu adalah buku kumpulan puisinya yang pertama.
Catatan Lain
Jika hanya berpatokan pada daftar isi, maka hanya ada 45 judul puisi. Namun jika menengok ke dalam, akan banyak sekali puisi yang diberi tanda pagar (#). Sempat kupikir sebagai puisi serial (bersambung). Namun pikiran tersebut mentah karena, disamping tak ada penanda waktu dan tanggal yang merupakan penutup sebuah sajak, juga puisi-puisi bertanda pagar tersebut berdiri sendiri dalam satu halaman. Juga setelah mencermati bahwa tak ada benang merah di antara puisi-puisi itu.
            Begini kata penyair: “5 Detik dan Rasa Rindu adalah buku kumpulan tulisan saya yang pertama. Sudah cukup lama saya biarkan mereka tercecer di dunia maya, laci meja, bahkan saku celana. Mulai saat ini teman-teman pembaca bisa membawanya ke mana-mana dan dapat dinikmati secara utuh dalam bentuk yang lebih nyata. Alhamdulillah.//Entahlah, ini puisi atau namanya. Tapi, bukankah sebuah karya tercipta karena niat si penciptanya? Maka saya akan menyebutnya sebagai puisi. Ya puisi 5 detik. Karena niat saya menulis puisi, 5 detik. Puisi yang lahir dari segala keresahan baik secara empirik maupun sekedar imaji yang kerap muncul dalam keseharian saya.//Terlebih itu soal asmara. Hehehe …//”
            Ada 4 nama di sampul belakang buku yang memberi segores kata, yaitu Raditya Dika, Risa Saraswati, Soleh Solihun dan NN. Halaman persembahannya cuma berisi dua kata: “Buat kamu”. Iya, kamu, Prillvers J
            Oya, puisi di halaman 35 secara prinsip “sama” dengan puisi di halaman 103. Tapi kalau mau dikatakan “beda” bisa juga.
#
Jika dia mencintaimu, dia tidak akan membiarkan
kamu berjuang sendirian.
Cinta memang sederhana itu.
(halaman 35)
#
Jika dia mencintai mu, dia tidak akan membiarkanmu
berjuang sendirian.
Cinta memang sederhana itu.
(halaman 103)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Terbaik
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Follow Me
Profil Fafa Media di Instagram
Profil Fafa Media di Instagram

Artikel Terbaru