Heri Latief: 50% MERDEKA

Data buku kumpulan puisi
Judul : 50% Merdeka
Penulis : Heri Latief
Cetakan : I, Agustus 2008
Penerbit : Ultimus, Bandung.
Tebal : xxii + 86 halaman (50 puisi)
ISBN : 978-979-17174-9-6
Editor : Bilven
Foto : Heri Latief
Ilustrasi : A. Gumelar, Gusnoy Gondrong
Desain sampul : Ucok (TYP:O Graphics)
Prolog : Eep Saefullah Fatah, Asahan Aidit
Sepilihan puisi Heri Latief dalam 50% Merdeka
DIA YANG PERGI KE BARAT
dari timur yang katanya eksotis
dia pergi mencari dinginnya kesepian
dicobanya mengarungi lautan sunyi
tersihir gemerlapnya teknologi barat
kebebasan dipuja-pujinya setinggi langit
dijilatnya es krim berlapis musim dingin beku
dirasakanlah manisnya gula sintetis-ironis
menyandu pada sexynya liberalisme
dipeluknya nafsu marxisme
jadilah gado-gado kebanyakan cabe rawit, pedas!
terasa di ujung lidahnya
terbakarlah rindu ketimurannya
Jakarta, 5 Mei 2003
EROSI ILUSI

puisi bisa ditimbang beratnya?
nyali puisi bisa bakar mimpimu
seperti puisi jaman revolusi
tertulis di tembok memori
merdeka atau mati!
sekarang maunya lain lagi bos!
puisi sebagai obat anti depresi?
siapa tau busuknya lumpur lapindo?
dosa sejarahmu anti kemanusiaan
hasilnya rakyat makin melarat
para penjilat kenyang berat!
puisi sebagai alat
anti penindasan rakyat
begitulah mustinya
penyair sadar lingkungan
menyuarakan swara yang tertindas
Amsterdam, 4 agustus 2007

RINDU API

kutulis puisi demi api
membakar semua mimpi
jadi abu terbang membisu
Amsterdam, 16 Mei 2006
BUDAK MELAYU
milyaran dollar hasil keringat buruh indonesia
dijadikan parfum prestasi penguasa
jika ada buruh jatuh tertimpa tangga
siapa bertanggung jawab mengurusnya?
riwayat cari makan di negeri jiran
nyatanya orang indon jadi paria
sihirnya materi bisa bikin mimpi ngeri
riwayat serumpun tinggal kenangan
milyaran dollar hasil perbudakan
kamu tau artinya jadi buruh murah
pemodal taunya cuma untung segunung
tak ada lagi secuil rasa kemanusiaan
milyaran keringat bercampur merahnya darah
itulah yang terjadi pada saat ini
kita memang masih jadi bangsa kuli
Amsterdam, 16 Juli 2007
RESTORAN DI TONG SAMPAH KITA
Rakyat melarat hanya punya segenggam harapan
Hanya punya impian makan rendang ati
sama nasi pandan
Hanya bisa ngiler dalam fatamorgana dunia hayalan
Kita sendiri tidak pernah merasakan lapar
Di atas meja makan lauk pauk berlimpahan
Sampai anjing kita pun makan bistik import!
Sementara anak gembel itu mengais nasib
punya restoran tong sampah rumah kita
Mengunyah dengan nikmatnya makanan busuk!
Siapa orang-orang yang beruntung di jaman sialan ini?
Mereka yang berdasi pencuri nasi
dari perut si anak miskin?
Rakyat hanyalah penonton yang ngiler doang ?
Yang kelihatanya masih sabar terus nih
Walau pun air liur  sudah ngecés deres
Sementara itu korlapnya asyik bagi-bagi komisi
Itulah kita sekarang
Yang hanya dijejali janji-janji politik licik
Setiap masa berganti topeng sang penguasa
Rakyat jelata tetap lapar dan tak berdaya
Amsterdam, 27 April 2007
BANDAR JAKARTA
 
jakarta bukan sembarang kota
sang bandar jagoan chipowa
pelabuhan cinta pantai binaria
terpesonalah sihirnya jakarta

jakarta adalah kisah jalang
taik ngambang di kali malang
banjir datang tanpa bilang

awas! banyak maling berdasi
jual aksi demi uang komisi
si doi pencuri yang tak terbukti?

jakarta biang cerita dunia mafia
terbaca jelas di jidat politisinya
komisi, korupsi, dan jual diri!

riwayat jakarta seperti bau gotnya
nyandu menindas rakyat jelata
tanyalah para korban tragedi jakarta
berjuta-juta rakyatnya binasa
sampai hari ini politiknya seribujanji

jakarta pernah bikin teater reformasi
yang hasilnya kerajaan korupsi

Amsterdam, 13 Mei 2007

POLITIK JUAL BELI
sirajatega punya senjata
sihirnya materi merajalela
semua bisa dibeli?
semua bisa diintimidasi?
gak juga sih!
masih ada yang berani bilang
kekejaman itu bukan hayalan!
kekayaan elite hasil rampokan!
maling berdasi korupsi dibiarkan
pembusukan karakter dihalalkan
swara rakyat dibungkam
di intimidasi
dirayu uang haram
praktek licik jual-beli politik
uang segudang punya kuasa
sesen pun si miskin tak punya
dengarlah!
jeritan kutukan jutaan korban
negeri kelahiran kami
membusuk dari dalam
akibat lupakan tragedi
luka sejarah dimanipulasi
Amsterdam, 19 Januari 2008
ANAK
anak-anak di pinggir jalan
bermain tebak-tebakan
apa besok masih bisa makan?
di jalanan debu berkejaran
mimpi rindu terbakar ide
arah sinyal dari perlawanan
dilapisi duri dendam sejarah
taktik diam yang berlawan
siapa tuan punya kuasa?
syair terluka tragedi kita
berlumpur rakyat kemiskinan
kekuasaan tak punya perasaan
anak muda harapan bangsa
berjuang atas nama ketidakadilan
dijaga panasnya api puisi
menebar ide anti penindasan
menuai panen pertanyaan
siapa sanggup menahan lapar?
kemelaratan bukan ibadah
rapatkan barisan dari bawah
solidaritas demi perjuangan!
Amsterdam, 24 April 2008
BUDAK KEMISKINAN
tak ada lagi sisa airmata
bencana sepertinya pesta pora
burung bangkai menebar bunga kematian
darah berselimut sejarah bangsa
mental kuli sifat budak yang terhina
nasibmu ditentukan kemauan bangsa
sukarela dijajah diberakin penindas
atau bangkit melawan penindasan?
tak ada lagi sisa ketakutan
mimpi terjebak lumpur kemiskinan
anak jalanan jualan badan semalaman
anak koruptor berdandan hasil uang curian
para birokrat gila pangkat saling bersaing
menggonggong liar demi sepotong tulang
tak ada lagi sisa rasa nasionalismenya?
lupa ingatan pada perjuangan kemerdekaan
tega banget mengkhianati api revolusi 1945
terkutuklah para penjilat pantat busuk nekolim!
kaum muda musti belajar sejarah bangsanya
nyala api anti penindasan haruslah dijaga
kerna kita bukan dilahirkan jadi bangsa kuli
Amsterdam, 18 Maret 2007
DEMI PUISI SESUAP NASI

terbaca dari matanya
luka sejarahmu pedih
muram langit bulan oktober
desah angin punya cerita
tadi pagi koran bilang apa?
demi angka statistiknya politik
kemiskinan itu dijaga bunga hutang
tanggungjawab pemerintah ditarok dimana?
jika di negerimu korupsi itu rajadiraja
maka berdoalah
semoga tak terjadi revolusi
banjir darah jangan terulang lagi
persatuan dikuatkan
belajar dari kesalahan
dan mau berkorban
demi perubahan
dan keadilan
buat semuanya
kerna ini persoalan kitakita
menjaga persatuan bangsa
kerna musuh selalu rusuh
cemburu lagu padamu negeri
ribut diatur oleh pasar modal?
rindulah pada sang pemersatu!
tunjukkan keberanian
semangat kemerdekaan
merdeka atau mati
bukan hanya sekedar semboyan
realita sekarang jurang kemiskinan
di atas tumpukan emas dan berlian
jutaan mulut menganga lapar, ngeces
ilernya adalah air suci pengorbanan
dipersembahkan buat tuan dan nyonya
sang pemodal bisnis klas penindas
Amsterdam, 18 Oktober 2007
MERDEKA ATAU MISKIN
rakyat resah langit merah
muram senja di jakarta
tanda angin politik mana?
sumber bencana dari istana
lumpur membusuk janji palsu
sulit hidup antrian sembako
berita koran soal kelaparan
sinis senyum politik tipsani
nipu terus bangsa sendiri
bangkit rakyat indonesia
belajar sejarah kebangsaan
maju ide yang berlawan
Amsterdam, 3 April 2008
ANAK JALANAN
perempatan jalan itulah rumahku
kucari sisa makanan di jalanan
klakson kendaraan jadi musik klasik
di hatiku yang keras seperti batu
Tuhan! kupunya ilusi yang dingin seperti malam
lambang dari semua kesialan dan penindasan
tersirat di wajah hidupku yang hitam kelam
tapi kau tak kan pernah merasakannya
kerna ortumu orkay yang garing banget
kau punya pisi berpentium empat, online 24 jam
kau punya bediende dan kacung yang suka menjilat
kau punya semuanya, kau bisa membelinya
ortumu punya ilmu siluman yang canggih
hingga bisa membayar segala yang bisa kalian beli
sementara kami hanya angka statistik kemiskinan
di atas kertas kami cuma
dijadikan alat yang sangat strategis!
buat mengemis sepicis demi sepicis, ironis!
bukankah negeri kami kaya akan hasil alam?
yang kalian jual obral abis-abisan!
yang tersisa hanya hutang dan korupsi disegala bidang
dangkal sekali logika bangsaku ini
dijualnya harga dirinya
seakan kita ini telah bermetafora
melakoni peranan pelacur yang sudah gila!
yang bersedia menjilat pantat para penguasa dunia
mafiadunia yang dipuja para pemimpin kita
tak akan membiarkan kita berdirikari

dibikinnya kita selalu tergantung
pada aturannya mafiadunia
jika kita berani keluar dari garis dobel-moral kapitalisme
mereka akan ngamuk dan menghajar
sang pembangkang
kerna mereka selalu ingin punya sapi
perahan yang bodohtololbegokatro
jangan lupa jek!
mereka punya pengalaman sebagai juragan budak,
percayalah!
jangan kau kira mereka akan
menganggapmu sama-sederajat
jangan mimpi maypren!
hidup ini ada yang dikuasai dan ada yang menguasai
ada yang menindas dan ada yang tertindas, oya?
yang aku tau adalah lapar
haus akan belaian kasih sayang
tapi yang kupunya hanya kerasnya aspal jalanan
rumahku, di masa lalu dan di masa depan
kenyataan, hari ini adalah kenyataan
kemelaratan yang sudah jadi kebudayaan…
Amsterdam, gerhana bulan, November 2003
DESAMU MENGEPUNG KOTA
desa-desa terendam lumpur bisu
swara wakil rakyatmu membatu?
kerna perasaan rakyat tak terwakili
kepentingan grup bisnis nomor satu
politisi pun rebutan tender pilpres
intelektual bayaran jadi tim sukses
lengkap dengan semboyan tipuan
ngeberakin segala yang buta warna
lalu apa dayamu penyair?
sekedar punya mimpi dalam sebaris syair?
tanyalah pada kaum urban
setelah ia berhasil di ibukota
lupa pada kampung halaman
yang tersisa memori karatan
nyanyian anak jalanan merindukan bulan
syok terapi pada kenangan di perantauan
Amsterdam, 24 Juli 2007
SEPULUH TAHUN REFORMASIBASI
penyair nulis sihir kata bersayap
semangat puisi mengabdi pada siapa?
jika sajak memuja sang rembulan
hayalan pun dibikin berkilauan
di jaman edan orang jual perasaan
uang haram biangnya persoalan
jangan lupakan bung!

rajamaling itu masih berkuasa
penguasa berpihak pada siapa?
dalam sejarah politik kekerasan
dari tragedi 65 sampai 98
reformasi setengah hati aslinya basi
kini tersisa buruknya kenangan
terlalu banyak darah rakyat dikorbankan
si miskin hidupnya makin menderita
ditimpa bencana alam bertubi-tubi
malah diprovokasi kekayaan hasil nyuri
lengkaplah sudah perasaan orang bawahan
realitas di bawah semakin mengganas
antrian minyak tanah peringatan keras
syair bagimu negeri cuma memori
rindulah kita persatuan indonesia
jagalah api semangat!
anti penindasan terhadap rakyat
Amsterdam, 07 Januari 2008
50% MERDEKA
kartu sudah dibagikan
siapa yang punya kartu truf?
pada emosi yang buta hurup
media cetak corongnya cendana
semua berita dijokul obralan
jurnalistik tanpa rasa kemanusiaan
kekejaman disulap jadi rayuan
ada hujan milyaran uang haram?
pengkhianat bangsa jelas kelihatan
yang jual diri jual nama jual iman
ironi memori bangsa indonesia
manipulasi sejarah terbukti sudah
apa lagi yang kau mau tau?
istana punya kuasa
cendana punya dana
elite politik lagi main kartu
bosnya punya nama dipoles
propaganda sesat para penjilat
sedangkan di bawah banyak urusan penting
korban bencana alam menggigil kedinginan
rakyat perlu kepastian hukum dan keadilan
bukan pameran dukungan terhadap bekas tiran
ayo! mari kita bersama
bersatu mengganyang keraguan
kita belum merdeka 100% bung!
sirajatega masih berkuasa
maka derita itu dobel bencana
jaga semangat persatuan indonesia
jangan mau dirayu bujukan uang haram
Amsterdam, 16 Januari 2008
JAKARTA DAN MENTALITAS CEPE’AN
selamat sore jakarta yang sexy
mungkin macet mulai menggila
diperempatan bocah-bocah berdiri
bergaya mengatur lalu lintas frustrasi

cepek
cepek
cepek

kolekte dikumpulkan buat segelas pletok
mabok bersama impian pengangguran
hasil kegagalan bapak pembangunan
kemiskinan dalam solidaritas-ganas

cepek
cepek
cepek

satu generasi pengemis berkedok preman
menguasai jalan-jalan di kotamu tercinta
mereka tumbuh seperti rumput liar
tanpa indentitas tanpa masa depan

Apeldoorn, 24 Juli 2003
KOLAM SUSU RACUN MADU
ini bukan sekedar kisah tragis nyata
anarkisme di dunia birokratis membusuk, ironis
tega merajah hak ra’yatnya yang semakin tipis
politisi bertampang suci, hatinya o luarbiasa jahat
kerjanya menindas, menipu dan menindas
anarkisme sedang merajai pikiran para elit politis!
korupsi dan manipulasi adalah
jampi-jampi yang lagi ngehits!
semua urusan dikalkulasikan dalam transaksi tipsani
nilai manusia itu bisa diukur dari kerakusannya mencuri
riwayatnya maling mustinya
berkomplot dengan setan inc.
sekian persen uang panas sogokan buat si anu itu
eh jangan lupa upetimu itu
dibungkus busuknya niat rakus
dan dibalut kertas kado merayu warna merah-jambu
bukan lautan hanya kolam susu…
adalah nyanyian band koesplus di jaman litsus
terkenallah ide pembangunan yang digragoti tikus
realitas ganas ra’yatnya hypermiskin alias superminus
lapar, pengangguran, busung lapar, makanlah ingus!
penghinaan terhadap kemanusiaan
jadi santapan lezatnya news
semua orang berlomba bicara soal mimpi rumah kardus
impianmu adil-makmur kerna alamnya superkayaraya?
kenyataannya rumah dan sumur pun tak punya, nihil!
nul-nul-nix!
semua hasil alam telah dijadikan
anggunan, jaminan, borg
atas pembayaran hutang yang telah mencekik lehermu
lalu wakil ra’yatmu minta kenaikan gaji
yang makin tinggi
setinggi bunga hutang yang dibebankan
kepada ra’yat miskin!
inikah kemerdekaan indonesia
yang kita impikan bersama?
inikah indonesia yang dicita-citakan
para pejuang grilyawan 45?
jaman kemerdekaan sekarang melegalisasi
korupsi dan kemiskinan
sialan! perut kosong melompong
di-isi paksa angin surga
janji-janji bulan madu pemilu
cuma iklan kacangan doang bah!
semuanya bisa terbaca dalam sejarah berdarah
selama 40 tahun ini
kerna yang kamu lihat itu
cuma umbul-umbulnya reformasibasi
siapa sih yang masih bisa ditipu oleh sejarah yang salah?
pasti akan menuai manipulasi berkarakter ganda
siapa yang menanam ide kemunafikan
akan menjilat racun ide pembodohan yang menyesatkan
silakan menyandu pada ilmu sesat ide pembodohan,
silakan!
rasakanlah betapa nikmatnya diberakin
pemimpin yang curang
semoga sinar matahari pagi memanasi otak jadi garang
supaya pikiran kita jangan telmi
lalu bercabang naif dan bodoh
kupaslah sejarahnya pembodohan yang tragis
dari situlah bisa dilihat belangnya kekuasaan yang sadis
siapa itu yang ngaku-ngaku bangsa indonesia?
merekakah yang berdasi yang mencuri nasi
dari perut si anak miskin?
merekakah yang menenteng tas belanja bermerk
tob banget di mol-mol mancanegara?
inilah kapasitas pelaku politik eks koloni yang kini
berlagak jadi tuan besarrr…
lihatlah merk sepatunya para wakil ra’yat
negeri juara ngutang
ladang tempat berkembang biak
para koruptor rajanya otak kotor
mereka itu diciptakan oleh pabrik maling namberwan!
home industri korupsi yang didukung oleh ide klén kkn
merekalah yang bergelimang harta hasil ngompas
apalagi ada isu kasak-kusuk
bagi-bagi kapling kekuasaan
maka yang kulitnya borokan
bisa dipoles kosmetiknya politik uang
semua urusan memakai uang tunai
semuanya menuju jurang pembatas
antara kaya dan miskin
dibikinlah jarak antara yang menguasai
dan yang dikuasai
padahal, mandatnya kekuasaan itu datangnya dari ra’yat
Amsterdam, 6 Agustus 2005
PAMERAN PENINDASAN
teruslah menéték pada IMF-bank dunia
jangan lagi berzikir atas nama kemiskinan
jadilah pengemis bermentalitas budak belian
jagoan ilmu korupsi kampiun dunia tipsani*
tak pernah berani nyoba ilmu berdikari
riwayatmu tak seindah zamrud katulistiwa
hancur-lebur dirajah gerombolan maling berdasi

siapa kira ada banyak pengkhianat bangsa
menjual negerinya murah-meriah-meledak!
siapa yang percaya pada janjinya penguasa
sadarlah negerimu terjebak dalam kontrak gila
lalu tanah airmu itu sebenarnya punya siapa bung?
demi napsu pemilik saham di bursa mancanegara
ra’yat miskin dibantai tanpa peduli hak asasi manusia
yakinkah kita pada ilmu anti penindasan?
ayo turun ke jalan memprotes ketidakadilan
Amsterdam, 16 Februari 2006
Tentang Heri Latief
HERI LATIEF, lahir di RS St. Carolus, Jakarta 19 Juni 1958. Tahun 1982 ke Jerman Barat, sekolah sampai 1986, di jurusan ekonomi dan politik (gak tamat). September 1986 pindah ke Belanda sampai sekarang. Desember 2003 mendirikan milis sastra pembebasan. September 2004 mendirikan Lembaga Sastra Pembebasan, aktif dalam penerbitan buku-buku alternatif sejarah dan sastra yang berlawan. Kumpulan puisinya: Ilusiminimalis (2003).
Catatan Lain

Di bagian belakang buku, selain biodata penyair, juga ada biodata illustrator, yaitu Gusnoy Gondrong alias Agustinus Wahyono dan Andrianus Gumelar Demokrasno. Juga 4 foto-foto Heri Latief dengan beragam teman/keluarga antara dengan Eep, Sobron, Asahan, Jim, Marit, Sulardjo, Chalik, Sungkono, Mawi, Amarzan. 1 halaman 1 foto, di kertas yang soft. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Terbaik
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Follow Me
Profil Fafa Media di Instagram
Profil Fafa Media di Instagram

Artikel Terbaru