Untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian belajar siswa, setiap satuan pendidikan biasanya akan melakukan penilaian atau asesmen setelah proses pembelajaran berakhir. Contohnya sekarang, di mana sedang dilaksanakan kegiatan Asesmen Sumatif Akhir Semester Genap.
Ada dua jenis asesmen yang akan diikuti oleh para siswa, pertama asesmen formatif dan yang kedua adalah asesmen sumatif. Kedua istilah asesmen ini muncul pada implementasi Kurikulum Merdeka yang saat ini berlaku pada sistem pendidikan di Indonesia.
Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.
Sementara ssesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
Banyak cara dan tehnik asesmen yang bisa dilaksanakan para guru, mulai yang berbentuk tulisan maupun non-tulisan. Keduanya penting untuk dilaksanakan, agar tujuan dari asesmen itu sendiri tercapai.
Baca Juga : Sumatif Akhir Semester : Penilaian Akhir di Kurikulum Merdeka
Salah satu bentuk asesmen tulis adalah Aasesmen Sumatif Akhir Semester yang biasanya dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk menjawab soal-soal, baik berbasis online atau masih menggunakan pena-kertas (offline). Bentuk soalnya ada yang berbentuk pilihan ganda, benar-salah atau essay.
Sebagai seorang guru, saya sering melihat anak-anak lebih banyak yang fokusnya pada nilai atau angka yang didapat, bukan pada proses pelaksanaan asesmen itu sendiri. Maksudnya anak lebih cenderung bahagia jika mendapatkan nilai yang melewati Nilai Ketercapaian Pembelajaran tanpa melihat bagaimana prosesnya siswa tersebut mendapatkan nilai seperti itu.
Padahal bukan hanya sekedar nilai angka, ada pelajaran penting lainnya yang juga perlu diketahui dan dipahami oleh para siswa dari pelaksanaan Sumatif Akhir Semester yaitu nilai karakter. Berikut pendidikan karakter pada pelaksanaan Sumatif Akhir Semester :
1. Nilai Kejujuran
Setiap kali dilaksanakan Asesmen Akhir Sumatif sering kali ada slogan “Prestasi Ok, Jujur paling Utama”. Artinya nilai bagus yang didapatkan siswa patut diapresiasi, tetapi proses untuk memperoleh nilai tersebut harus didapatkan melalui proses yang jujur. Misalnya tidak didapatkan melalui hasil nyontek. Nilai kejujuran inilah yang harus diketahui dan dipahami oleh setiap siswa. Jangan sampai hanya karena ingin mendapatkan nilai bagus, semua cara dilakukan termasuk tidak bersikap jujur.
2. Nilai Kesabaran
Mengerjakan soal sudah pasti melelahkan, apalagi jika dalam sehari harus mengisi soal sampai 3 mata pelajaran. Ditambah apabila saat mengerjakan soal, waktunya masih lama,, eehh udah ada temennya yang keluar ruangan. Tentu hal ini akan mengganggu konsentrasi siswa lainnya. Di sinilah para siswa dilatih bagaimana bersikap sabar menghadapi keadaan. Seharusnya harus mulai ditanamkan prinsip pada diri setiap siswa “Tak apa paling akhir mengisi soal, yang penting tercapai nilai KKM nya”
Baca Juga : Tehnik Asesmen Formatif dan Sumatif
3. Nilai Tanggungjawab
Nilai atau pelajaran lain yang bisa para siswa dapatkan dari proses Asesmen Akhir Sumatif adalah pelajaran tanggung jawab. Peran sebagai siswa benar-benar diuji pada saat pelaksanaan asesmen terutama bagaimana seorang siswa memiliki sikap tanggungjawab saat mengisi soal asesmen. Misalnya jangan asal mengisi tanpa menganalisis soal, selesaikan semua soal yang diberikan, dan memanfaatkan waktu mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya. Ingat, guru membuat soal itu dengan penuh perjuangan, sementara tidak sedikit siswa yang ngisi soal dengan asal-asalan. Cobalah belajar menghargai.
4. Nilai Keikhlasan
Nilai karakter terakhir yang paling penting yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran oleh siswa dari proses Asesmen Sumatif Akhir itu adalah pelajaran menerima hasilnya dengan ikhlas. Kenapa mesti memiliki sikap keikhlasan atau menerima apapun hasilnya, karena akan menimbulkan rasa kecewa dari para siswa, jika hasilnya tidak sesuai dengan yang dicita-citakan. Tidak sedikit para siswa yang “down” secara psikis ketika nilainya kecil padahal merasa sudah mempersiapkan dan berjuang dengan sungguh-sungguh. Tanamkan bahwa hasil akhir adalah bonus, apresiasi apapaun hasilnya, dan percaya bahwa sudah bisa menerima hasilnya dengan ikhlas adalah hal paling penting dari semua proses asesmen akhir semester.