100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 16 Terror Lereng Merapi Bagian 1 )


Hari dimana kami anggota ekskul pecinta alam pun akhirnya datang juga,, kami sudah membawa perlengkapan masing2, seperti tas cerier, nasting, matras, slepping bag, dan beberapa alat navigasi. setelah pembagian kelompok selesai kami pun berangkat, oiya saya sekelompok dengan irawan, teman baiku sejak dari smp. dan 3 orang cewek dari kelas sebelah.. hari itu anggota yang ikut acara ini hanya berjumlah 20 orang, dengan dibagi 4 kelompok, artinya satu kelompok berisi 5 orang, dan disamaratakan, setiap kelompok diisi 2 laki2 dan 3 perempuan..



hemmpp ini akan melelahkan, saya membatin. tampak di kelompok 3 ada risa yang heboh sendiri dengan bawaan super banyak, saya cuma cengengesan liat kelakuan anak itu…. kami diawasi beberapa instruktur yang akan berada di masing2 pos, dan beberapa titik pos bayangan setiap ketua kelompok wajib memberikan laporan kepada intruktur melalui ht yang disediakan.. kami menempuh perjalanan dari selo (plalangan) boyolali. setiap kelompok akan diberi jarak mulai mendaki selama 10 menit, jadi akan ada jarak yang lumayan untuk tiap kelompok, kelompok saya mendapat nomor undian 5. artinya adalah yang paling akhir berangkat, dan kelompok risa mendapat nomor undian pertama.. “payah dehh, uda pasti paling sengsaraa kalo kayak ginii “keluhku dalam hati, kami baru mulai mendaki 50 menit kemudian, waktu menunjukan pukul 15.00, huahhh perkiraan waktu sampai ke puncak adalah 5-6 jam waktu normal,
saya dan Irawan hanya bercanda terus sepanjang jalan, bersama2 dengan, susi, Dina, dan Ani, kita membicarakan banyak hal, mulai dari yang gak penting, sampai yang paling gak penting, haha, cukup menyenangkan. treking dari plalangan menuju pondok pendaki hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, dan kami sudah berjalan menuju pos 1… semua masih mudah dan kelihatan baik2 saja, sesekali tampak dari kejauhan kelompok lain sedang berjalan menembus pepohonan yang rimbun. setiap beberapa menit sekali ht yang kubawa berbunyi, terdengar suara senior untuk mencari tau bagaimana keadaan kami.. dan pos 1 sudah kami lewati dengan waktu tempuh sekitar 2 jam , huahh sudah sore, waktu azhar sudah lewat saat kami sudah berjalan melewati pos 1. kami memutuskan berhenti sejenak untuk istrht dan shalat dengan keterbatasan yang ada, dan kami mulai berjalan menuju pos 2. di pos 2 ini mulai ada sebuah hawa dingin.. bukan dingin dari suhu udaranya, tapi dingin entah menjelaskanya bagaimana. waktu menunjukan pukul 18.30, perjalanan masih jauh sampai kami dapat beristirahat di watu gajah atau pasar bubrah… irawan memutar2 frekuensi ht nya…
Irawan : “gawattt… htnya rusak zal”
Saya :”apa?, uda kamu cek batrenya?” kataku sambil mengetuk2 senter, kami masih butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke pos 2…
“ini alasanya aku gak mau dapet kelompok paling akhir” gumamku. saya membuka peta dan mengukur koordinat kami berada..
saya : “wan, rute ini lumayan berat kita harus hati2, kanan kiri kita jurang. kamu paling belakang ya, aku paling depan. kalau ada apa2 langsung bilang, dina,susi, ani, kalian di tengah, jangan buat gerakan yg mengagetkan perhatikan langkah sama pegangan kalian”
teman2ku hanya mengangguk tanda mengerti, dan hall yang kutakutkan semenjak pertama membaca selebaran itu mulai terjadi…
direrimbunan pepohonan sudah banyak yang memperhatikan kami, mereka semua tampak sama wujudnya karena mereka semua dibalut dengan kain putih dari ujung kaki sampai ujung kepala, jika kalian tanya jumlah saya gak tau pasti, yang saya tau mereka banyak, banyak banget malahan…
Irawan : “zallll!!!!, berhenti dulu”
saya menghentikan jalanku dan menengok kebelakang,
Saya :”ada apa wan?”
Irawan : “kayaknya ni ht mulai fungsi lagi.. kita berhenti sebentar dehh, laporan dulu sama minta petunjuk arah, dari tadi kita gak nemu tanda juga kan”
Saya :”oke wan, sus, din, sama ani kita minum bentar sambil laporan posisi kita ya. saya membuka peta kembali dan mencari dimana koordinat kami sekarang, cukup sulit karena selain pandangan yg hanya diterangi sinar senter perhatian saya teralihkan dengan beberapa makhluk yang mulai tertarik kepadaku. saya membaca beberapa doa pelindung dalam hati sekedar menjauhkan mereka..
Saya : “nahh ini wan kordinat kita, ayo cepet kamu laporan” kataku sambil memberikan secarik kertas berisi koordinat kami sekarang.
Irawan mengangguk dan menyalakan ht untuk meminta petunjuk arah, baru saja tombol ht itu dipencet, dan bukan suara senior yang kami dengar… tapiii itu suara gending jawa dan lengkingan suara sinden yang lebih mirip suara tawa yang terkekeh jelek,
saya menyaut ht dari tangan irawan dan mencabut batrainya, sebelum teman2ku bertambah takut. tampak kengerian di wajah mereka. irawan duduk mendekat, diikuti dina,susi dan ani yg berpelukan satu sama lain,,
Irawan : “zal, kamu tau ini gimana?” tanya irawan dengan wajah panik, ketiga cewek itu juga ikut nimbrung dengan cerewet dan panik. saya menghela nafas panjang.
Saya : “kita harus tetap tenang,kita terpisah jauh dari rombongan, mungkin kita keluar jalur sejauh 5km, lihat ini jalur peta yg kita bawa berbeda dengan yg kita bawa tadi”. saya baru menyadari bahwa peta yg saya bawa dari tadi sudah berubah, ya berubah menjadi seperti efek cermin, yg harusnya kita belok kekiri malah kanan, dan begitu juga sebaliknya, saya memfotocopy peta yg diberikan senior sehari sebelum berangkat, dengan tujuan saya punya arsip tentang jalur pendakian merapi, tapi begitu saya bandingkan hasil foto copyan ternyata gambarnya berbeda dari file aslinya, padahal saya yakin sebelum petang tadi gambarnya sama. tampak wajah teman2ku berubah benar2 panik..
Susi :”truss gimana dong? kita kesasar?, aku takut nihhh, ini pertama kalinya aku naik gunung” kata susi dengan gemetar, suara teman2 yg lain juga bersautan karena mereka tak kalah panik.
Saya : “oke, kita kesasar, tapi tenang dulu, aku punya peta yg bener, dan kita tinggal mengikuti peta ini, kita jalan dari sini menuju titik jalur pendakian, kita udah terlalu jauh keluar jalur, kita gak mungkin motong jalan, terlalu bahaya kiri kanan kita jurang, kita harus muter buat sampe ke watu gajah, posisi kita disini” saya menunjuk satu titik di peta yg diterangi sinar senter. saya memang sudah bisa membaca peta dari kecil, dulu saya sering diajari menggunakan kompas, topografi, membaca jejak dll oleh almarhum bapak.
Saya : “sus,din, ani jangan takut.. saling awasi yg lain. irawan simpan aja ht itu, itu gak berfungsi, pas aku lepas batrenya tadi posisi ht itu sebenernya udah mati keabisan batre, kamu di belakang kayak tadi ya. dan buat semuanya maaf, tapi aku harus ngomong kalo kita lagi diganggu penunggu sini, tetap tenang, jangan parno, baca doa menurut agama masing2, selama jalan nanti fokus aja ke pundaku liat pundaku aja, sama lihat dimana kaki kalian menapak, jgn sampe jatuh, jangan celingukan juga ya.”
semua teman2ku mengangguk mendengar instruksiku, harusnya irawanlah yg menjadi ketua kelompok, tapi saya maklum ini mungkin pengalaman pertamanya…
waktu menunjukan pukul 19.45, sebelum berjalan kami sholat isak dengan keadaan yg seadanya… saya membayangkan betapa instruktur dan senior kami kebingungan mencari kami, saya juga membayangkan wajah khawatir dari risa disana.. harusnya kami sudah sampai pos 2 sejam yg lalu…
kami berjalan menembus hutan, beberapa kali saya menahan kaget, karena melihat sosok siluman… ya menurutku siluman adalah jelmaan jin yang berubah menjadi sosok hewan atau setengah hewan.. saya melihat beberapa makhluk aneh itu, mereka hanya memperhatikanku tanpa berani mengganggu…
kyaiku pernah berkata bahwa mataku batinku ini selain bisa melihat dan merasakan juga bisa memukul dan melindungi, kyai berkata bahwa ini adalah bakat alam miliku, dan seiring berjalanya waktu akan terus menguat, mata batin ini akan membuat takut jin yang lemah, atau yg ilmu kanuraganya dibawahku, tapi akan membuat tertantang jin jahat yg lebih “besar” , begitu kata kyaiku dulu.
sya beberapa kali harus berhenti untuk menengok peta, dan saat berhenti mereka, makhluk2 halus itu terlihat semakin banyak, bukan hanya satu dua tp banyak sekali, tampak di sebuah dahan pohon waru ada sesosok makhluk berbadan manusia dengan wajah kucing, dia duduk di sebuah dahan dengan mata yg berpendar dalam gelap, dia bergerak tanpa pakaian , dan turun ketanah, cara berjalanya seperti gorila dengan setengah bungkuk berjalan dengan kaki dan punggung tangan untuk menahan badanya, tubuhnya berbulu keperakan, dengan ekor yg mengibas2,, dia mengajaku berbicara.. dan karena kami menggunakan bahasa batin saya buatkan perkiraan percakapan saya dengan makhluk itu”

“sssstttttt, jika kalian masuk kesini pasti ada kepentingan?, hanya kamu yang bisa melihat kami, apa tujuan kalian?, kekayaan?, harta?” dia mendesis desis dengan lidah yang menjulur,
.
“saya seorang muslim, dan saya tidak ada kepentingan denganmu, jangan ganggu kami, kami hanya tersesat”
.
“hahahaha, kalau kalian tersesat akan menarik bangsa kami bermain dengan kalian, kamu anak adam yang unik, di keraton kami ini akan banyak yang menyukaimu”
.
makhluk itu berlalu, jam menunjukan setengah sembilan malam, artinya sudah 1 jam kami berjalan, saya melihat teman2 tampak kelelahan….
Saya : “kita istirahat dulu ya, air kalian masih ?”
semua teman2ku menggeleng, sambil mencoba meminum tetes2 terakhir air yg ada pada botol air mereka, saya mengeluarkan sebotol penuh air mineral 1,5liter dari ranselku.,
Saya : “ini.. semuanya dihemat ya” saya mengulurkan minumku kepada dina,
dina : “makasih zal” dina meminumnya seteguk dan diurutkan pada teman2ku yg lain.
saya menghela nafass panjang… “kenapa harus terjadi hal seperti ini” saya bergumam.. saya memicingkan mata melihat kearah ani, tepatnya ke sebuah batu yang diduduki ani, batu itu terlalu kotak simetris dan presisi untuk sebuah batu di tengah hutan, saya melihat teman2 yang lain, mereka juga menduduki batu yang serupa.. saya menunduka kepala dan terbelalak, saya juga menduduki batu yang sama.. batu dengan tulisan aksara jawa, entah apa artinya saya lupa. saya berteriak “semua sekarang berdiri cepet!!!” sema temanku berdiri dengan kaget, mereka tampak bingung, dan saya hanya menoleh kekanan kiri sekeliling saya..
“kitaa….. kita di tengah makam!!!” tanpa kami sadari kami sedang berada di tengah2 kuburan tua, saya heran juga, kenapa kami sampai tidak melihat puluhan batu nisan yang berserakan dari tadi, kami segera mengemasi barang bawaan kami, dan dengan langkah kaki yang kami percepat kami melanjutkan perjalanan, baru saja kami berjalan beberapa meter tiba2.
“hiiii…hiiiii…hiiiiiii.,” terdengar sangat jelas suara perempuan seperti tertawa yang dipaksa keluar dari mulut, baru saja saya mau bicara pada teman2ku untuk tetap tenang, tapi tampaknya mereka sudah benar2 ketakutan, dina,ani dan susi mereka sontak berlari dengan bergandengan tangan, “gawatt,, bahaya ni”.. saya dan irawan mengejar ketiga cewek itu, mereka berlari sambil berteriak tolong2, tak jarang mereka terjatuh, irawan menarik tas susi yang berlari paling belakang, karena mereka berlari dengan tangan saling bergandeng mereka malah jatuh bersama2, saya memegangi pundak dina, dan memandang matanya tajam…
Saya :”din,, tenanggg.. jangan kalap, berbahaya di tempat kayak gini kalian lari, sus, sama kamu ani.. jangan lari bahaya..!” mereka hanya diam dan keringat mereka bercucuran, begitu juga saya dan irawan, tenaga kami sudah habis, saya masih mencari cara untuk menemukan jalan ke pos, saya terlalu capek karena insiden barusan, ditambah kenyataan ada sosok perempuan yang saya yakin adalah perempuan yang tiba2 tertawa tadi.. kini sedang berada disebuah dahan pohon yang rendah, dia memainkan kakinya sambil bernyanyi jawa “ungklang-ungklang belulang”, jika kalian tanya rupanya.. hemmmmmm baik saya diskripsika, mungkin ini cocok dikatakan sebagai “wewe”, dia berwujud perempuan tua, dengan rambut gimbal, wajahnya keriput dengan banyak kutil, di mulutnya terlihat gigi besar yang jarang2, dia memiliki punggung bungkuk dan maaf payudara yang menggantung sangat besar tp kendor dan tak keriput, penampilanya menyeramkan dia menatapku sambil bernyanyi jawa..
saya menoleh kepada yang lain, 3 cewek itu seperti hampir pingsan. mereka tak mungkin melanjutkan jalan,
Saya :”wan, tolong jaga cewek2 itu bentar, kasih mereka minum, selimuti mereka, merka kedinginan, kamu tolong ambil gula jawa di tasku, dan kasih mereka sepotong2.” irawan tanpa bertanya langsung menurut dan menghampiri 3 cewek temanku itu…
pandangan saya kembali menuju sosok wewe itu, saya sebenarnya sudah sangat lelah, bahkan sekarang saaya ketakutan, kaki saya mulai gemetar, saya memakai cincin pemberian kyai,untuk menghajar makhluk itu dengan sisa tenaga yang ada. makhluk itu nampak terkejut…
tapi dia kemudian malah tertawa saya mengheningkan cipta dan membaca beberapa doa, dan begitu mata saya terbuka, saya jatuh terduduk melihat pemandangan didepan saya…….
Irawan :”zal!, kamu kenapa!?” irawan buru2 mendekatiku dengan khawatir.. dan irawan juga melihatnya, dia tampak lebih ketakutan dari saya… kini dia jatuh terduduk dan mulutnya membisu, tampak udara dingin pegunungan tidak mempengaruhinya, karena saya melihat keringat sebesar biji jagung menets diwajahnya… saya merasa gentar melihat puluhan pocong dengan wajah menyeramkan, tampak ada wujud seperti kera hitam legam dengan mata merah menyala, ada beberapa berwujud manusia dengan tanpa kepala, dan beberapa bagian tubuh yang tidak utuh… kini wewe itu sudah berdiri tepat didapnku yang bersimpuh lemas kelelahan, disampingnya berdiri sesosok “leak” ya mirip leak yang ada di bali dengan lidah seperti komodo yang menjulur2…
“ini keterlaluan!” batinku, mereka terlalu banyak, saya tidak mungkin membakar mereka semua, kalau saya nekat mungkin malah saya yang mati disini, ini diluar kemampuanku…
“kamu menantang kami le?” kata wewe itu dengan bahasa batin..
“tidak, kami hanya tersesat, kami akan pergi” jawabku dengan sangat ketakutan, baru pertama kali saya mendapat situasi seperti ini…
“kenapa buru2, kenapa tidak bermain dulu? , darah perjaka dan perawan seperti kalian akan sangat nikmat ” sosok leak itu menyahut…
saya memilih nekat…… yaitu nekat berlari ditengah hutan pegunungan yang terjal dan penuh jurang..
“wan,din,susi,ani lari!!!!!!!” saya berteriak sangat keras, ternyata 3cewek itu juga melihat penampakan didepanku,
kami lari meninggalkan barang2 kami, dan sialnya hanya irawan yang memegang senter, itu pun sudah sangat lemah sinarnya…
saya berlari sambil membaca beberapa doa agar tidak diikut, saya menoleh, mereka mengikuti kami, mereka terbang, rasa sakit di kaki tidak kupedulikan, entah berapa kali kami tersandung akar pohon dan batu2 besar, kami terus berlari dengan sisa2 tenaga yang sudah sangat terkuras, saya sudah tidak peduli lagi dengan pos itu, yang terpenting adalah kami selamat dari terror ini….ini mengingatkan pada kejadian saat saya masih kecil, dimana saya selalu berlari ketika bertemu makhluk halus, tapi kali ini berbeda, kalau dulu saya sendiri, sekarang saya bersama teman2ku dan saya tidak ingin mereka celaka, makanya saya memilih kaburr.. saya lupa berapa doa perlindungan yang saya amalkan tapi nampaknya berhasill, mereka tidak mengikuti kami lagi, tapi hal buruk berikutnya terjadi sedetik kemudian..
“WAAANNN!!!!” saya berteriak, ada sebuah sungai, dan……
kami terjatuh, saya kira kami akan mati, ternyata sungai itu tidak dalam, dan kami juga jatuh dari bibir sungai yg tidak tinggi, kami tersengal2, nafas kami masih memburu, dan jantung kami masih berdetak sangat cepat, seluruh tubuh saya berasa ngilu, karena berkali2 terkantuk benda keras..
Saya : “kalian gakpapa,?” tidak ada jawaban, mereka masih kelelahan dan terlihat sangat syok dengan kejadian tadi, tampak Susi meringis kesakitan memegangi kakinya, ani dan dina juga terlihat sempoyongan, sedangkan irawan dia terjatuh duluan mungkin punggungnya menghantam tanah dia jadi memegangi bahu dan punggungnya.
“apa kita bakal mati?” kata dina yang mulai menangis, kami masih berada di air disebuah anak sungai yang dangkal setinggi lutut..
“mungkin” jawabku enteng…
“tapi tinggal kalian yang memilih, mau mati lemas dan ketakutan atau memilih mencari jalan pulang sama aku”, saya memapah susi, tampaknya kakinya terluka parah, sebenarnya berdiripun saya hampir tak bisa, tapi kasian susii, irwan juga sedang terkilir, kami menepi ke pinggiran sungai. mencari tempat yang kering, irawan dan yang lain masih ketakutan, mereka tak henti2nya menoleh kebelakang, untuk memastikan makhluk2 itu sudah pergi..
kami kedinginan, haus, capek, dan takut.. beberapa kali terdengar lolongan anjing dan suara2 alam yang lain, para cewek mulai menangis, mereka ketakutan bagaimana caranya pulang, atau paling tidak selamat.. kami bahkan tidak membawa barang apapun, selain baju basah yang kami kenakan dan benda2 lain yang menempel dibadan..
bagaimana dengan saya? saya sangat ketakutan sama seperti mereka, tapi saya mencoba tenang dan mencari solusi, irawan yang biasanya cerdas juga nampak diam karena syok. dan tiba2
Saya : “heyyy, kalian lihat sinar itu?”
Irawan :ha?, iya itu sinar lampu? itu rumah penduduk zal,”
pernyataan saya dibenarkan oleh irawan, rona wajah teman2ku membaik, seperti ada harapan baru. sebuah pertolongan…
kami menyebrang anak sungai itu, meskipun tidak dalam, yang menganggu kami adalah airnya yang sedingin es..
tubuh kami menggigil kedinginan, kami berjalan cukup jauh mungkin sekitar 1km, dengan keadaan tubuh seperti ini, ini benar2 menyiksa, susi tidak lagi kupapah, dia mutah2 sepanjang jalan, sekarang diaku gendong, akhirnya kami sampai dsebuah perumahan, sudah ada listrik mengalir dan jalan aspal, waktu menunjukan jam 22.30 malam, ada satu hal yang terbesit, dimana ini?, apakah kami terlalu jauh kesasar dan mungkin sampai ke daerah sleman, mungkin kinah rejo karena memang jarak desa tersebut hanya beberapa km dari puncak merapi…
kami berjalan menuju jalan, di pinggir jalan ada seorang bapak dan ibu, mungkin suami istriii. mereka menanyakan ada apa dengan kami,kami berbicara da menjelaskan secara singkat kalau kami terpisah dari rombongan pendaki..
nama bapak itu bapak jemino, sedangkan nama ibu itu adalah ibu yati… dan begitu saya bertatapan mata dengan mereka saya tau, mereka bukan manusia!, saya melihat beberapa orang di belakang jendela rumah mereka, dan kamu tau? mereka semua dikampung ini, semuanya bukan manusia….


Sumber Kaskus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Terbaik
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Follow Me
Profil Fafa Media di Instagram
Profil Fafa Media di Instagram

Artikel Terbaru